Salah satu tempat wisata di Indonesia yang membuat saya penasaran sejak masih kecil adalah Gunung Jabalkat. Saya mengenal nama Gunung Jabalkat dalam salah satu film kolosal Wali Songo. Film itu bercerita Gunung Jabalkat yang berada di lokasi terpencil dan dikenal sebagai lokasi pembuangan tahanan pada jaman Majapahit. Saya pun bercita-cita satu saat hari harus bisa menginjakkan kaki ke Gunung Jabalkat dan membuktikan segala mitos yang beredar di kalangan masyarakat Jawa.
Dan keinginan tersebut tercapai. I went there last year. I did it, I did it…!!! Sebenarnya saya nggak tahu kalau perjalanan wisata ke Jawa Tengah itu menuju Gunung Jabalkat. Soalnya jauh-jauh hari saya dan teman-teman cuma berencana ke Jalan Malioboro dan Candi Borobudur. Entah siapa yang punya ide nyelonong ke Gunung Jabalkat, tahu-tahu saya sudah membaca papan petunjuk menuju kawasan Jabalkat. Sontak saya kegirangan dan antusias banget.
Gunung Jabalkat Adalah Bukit Yang Tandus
Gunung Jabalkat berada di kecamatan Bayat, kota Klaten, propinsi Jawa Tengah. Nggak seperti cerita para sesepuh atau kakek nenek saya yang menyatakan Jabalkat sebagai tempat pengasingan buat para pembangkang, saat ini Jabalkat sudah sama ramai dan berkembang sama dengan wilayah lain di Jawa Tengah. Lebih dari itu, Gunung Jabalkat dibangun menjadi salah satu tempat wisata di Jawa Tengah yang bisa diandalkan.Gunung Jabalkat aslinya adalah bukan sebuah gunung. Menurut saya, Jabalkat lebih tepat disebut sebagai Bukit Jabalkat karena berada di dataran tinggi, bukan pegunungan. Namun sebutan yang terlanjur salah kaprah di masyarakat membuat nama Jabalkat lebih identik dengan nama gunung.
Perjalanan menuju Jabalkat melewati jalan berpasir yang tandus. Celakanya, waktu saya liburan ke Jabalkat waktu itu bulan November dan cuaca sedang terik. Mungkin inilah efek pemanasan global yang bikin acara liburan kita jadi nggak bisa terprediksi kapan hujan kapan panas. Karena saya orang yang alergi terhadap debu, saya agak tersiksa oleh kondisi demikian.
Menapak Ribuan Tangga di Makam Sunan Bayat
Overall, saya bisa enjoy perjalanan menuju Gunung Jabalkat yang panas menyengat. Dan penderitaan cuaca ekstrim belum berakhir. Perjalanan wisata di Klaten ini menuju makam Sunan Bayat. Lokasi makam tepat berada di puncak bukit, eh maksudnya Gunung Jabalkat. Untuk mencapai lokasi makam Sunan Bayat, wisatawan harus melewati ratusan tangga berundak. Dan… aturannya adalah nggak boleh pakai alas kaki.Hiks! Siang hari harus nyeker di lantai panas dengan terpaaan matahari. Saya ingat betul waktu itu kira-kira jam 1 siang pas matahari sedang bersinar dengan ganasnya. Tanpa ba bi bu lagi saya cepat-cepat melangkahkan kaki menuju tangga teratas dan berteduh di surau yang ada di puncak bukit. Teman-teman satu rombongan kelihatan sama ngos-ngosan dengan saya. Hehehe. Makanya, kalau mau liburan harus survey dulu biar tahu medannya.
Cuaca terik yang menyiksa tubuh saya terbayar oleh keindahan yang tersaji di depan mata. Dari pagar makam, saya bisa menyaksikan pemandangan menakjubkan Gunung Jabalkat dari ketinggian. Perpaduan tanah tandus dan hijau pepohonan tampak serasi dengan arsitektur makam bergaya Jawa Klasik. Walaupun Sunan Bayat adalah penyebar agama Islam, namun suasana Hindu masih tampak dalam gapura yang berhias kala makara mirip candi Prambanan.
Sejarah Sunan Bayat Dan Wali Songo
Apakah acara ‘olahraga siang’ di Gunung Jabalkat sudah selesai? Ternyata belum. Untuk menuju area utama makam, wisatawan harus naik tangga lagi. Meski nggak sebanyak tangga di kaki bukit, tapi tetap saja kaki terasa tersengat panas. Sekali lagi saya harus menguras keringat untuk menjelajahi area bersejarah ini. Yang menyenangkan adalah di area makam terdapat beberapa petugas penjaga makam. Dari merekalah saya menggali sedikit informasi seputar profil Sunan Bayat.Data yang saya dapat dari aki-aki di Bayat saya kroscek dengan tulisan di Wikipedia. Disebutkan bahwa Sunan Bayat adalah salah wali atau penyebar agama Islam di tanah Jawa. Meski nggak termasuk dalam Wali Songo, nama Sunan Bayat termasuk tokoh yang dihormati warga Jawa Tengah karena keturunan bangsawan dan bernama Pangeran Mangkubumi. Nama lain Sunan Bayat adalah Sunan Pandanaran.
Konon katanya, jaman dulu kala sebelum masuk agama Islam, Sunan Bayat pernah dikutuk oleh Sunan Kalijogo sehingga memiliki kepala kambing namun tetap berbadan manusia. Namun karena tekad dan niatnya yang bulat dalam menyebarkan agama Islam, Sunan Bayat bisa pulih seperti sedia kala.
Itulah cerita yang bisa saya bagi kali ini mengenai acara liburan ke Gunung Jabalkat dengan mengunjungi lokasi makam Sunan Bayat. Bagaimana dengan acara liburan Anda? Pernah ke Gunung Jabalkat juga? Ayo berbagi cerita jalan-jalan keliling Indonesia di kolom komentar!