Kali ini saya akan berbagi pengalaman travelling di kota Solo dengan naik kendaraan sepeda motor. Di atas jalanan kota Solo, saya dan seorang teman meluncur dengan berboncengan motor. Rencana awalnya, teman saya ini mau mengajak saya nonton film. Kami berhenti di depan Solo Grand Mall. Sempat lihat-lihat sebentar jadwal film apa yang mau tayang hari itu. Tapi setelah berunding sebentar, kami memutuskan nggak jadi nonton film karena film yang akan ditayangkan hari itu kami pikir nggak cukup menarik.
Seni Arsitektur Keraton Mangkunegaran Solo
Keluar dari Solo Grand Mall, saya mengajak teman saya berkunjung ke Keraton Kasunanan Solo. Sekali lagi saya harus berdebat untuk acara travelling kali ini. Saya pengennya ke Kasunanan tapi teman saya itu malah mengajak berkunjung ke Keraton Mangkunegaran Solo. Apa yang membedakan Kasunanan dan Mangkunegaran? Pada dasarnya keduanya sama-sama peninggalan budaya Jawa dari pecahanan Kerajaan Mataram. Yang satu berpusat di Jogja, satunya lagi di Solo. Namun yang membedakan keduanya adalah akses jalan ke Kasunanan lebih ribet.Kami ambil jalan mudahnya saja. Jadinya waktu itu saya menurut saja ketika diajak ke Kraton Mangkunegaran Solo. Mau kemana lagi soalnya tempat wisata di Solo pada umumnya berupa keraton dan museum. Untungnya, hanya butuh waktu lima menit dari Solo Grand Mall menuju Kraton Mangkunegaran. Karena jaraknya yang dekat inilah maka banyak wisatawan yang liburan ke Kraton Mangkunegaran sekalian mampir ke Solo Grand Mall untuk beli oleh-oleh.
Keraton Mangkunegaran adalah tempat wisata yang terkenal karena memiliki bangunan pendapa yang konon katanya menjadi pendapa terbesar di Asia Tenggara. Wisatawan boleh duduk di tepi kolam di depan pendapa. Suasana sejuk sambil memandang bangunan berarsitektur Jawa campuran dengan Klasik itu sangat menenangkan. Bangunan Kraton Mangkunegaran memang megah namun sayangnya terlihat agak kusam. Apakah warna kusam itu disebabkan karena kurang perawatan atau memang sengaja dibiarkan untuk mempertahankan kondisi arsitektur aslinya? Saya kurang tahu pasti hal ini.
Mitos Seputar Tiang Pendapa Kraton Mangkunegaran Solo
Yang menarik dari Keraton Mangkunegaran adalah ukiran atapnya yang bergaya Barat. Pendudukan Belanda atas wilayah Nusantara rupanya berpengaruh terhadap perkembangan seni arsitektur di kota Solo. Pengaruhnya bukan hanya pada Keraton Mangkunegaran. Pasar Gede Solo pun memiliki arsitektur bangunan khas Belanda. Kalau boleh dibilang, pengaruh budaya Barat pada cagar budaya di Indonesia yang di Solo ini kelihatan sekali.Karena penasaran dengan isi perabotan di dalam Keraton Mangkunegaran, saya dan teman saya melangkah menuju ke dalam Pendapa Keraton Mangkunegaran. Aturan yang berlaku disana adalah semua alas kaki pengunjung harus dilepas. Budaya Jawa yang satu ini masih berlaku di masyarakat suku Jawa. Sekarang saja kalau kita berkunjung ke saudara yang bertempat tinggal di Jawa Timur atau Jawa Tengah pasti ada aturan tak tertulis untuk melepas sandal atau sepatu sebelum masuk ruang tamu.
Dan kalau bicara adat Jawa di Kraton Mangkunegaran di kota Solo, maka kita tidak akan lupa salah satu mitos yang berkembang mengenai tiang pendapa Mangkunegaran. Ada sebuah mitos mengenai tiang pendapa di Keraton Mangkunegaran. Bahwa barang siapa yang bisa melingkarkan kedua tangannya ke tiang ini, dan kedua tangan itu dapat bertemu, maka keinginan yang dipanjatkan akan terkabul.
Meski efek lingkaran tangan itu cuma mitos, tapi saya perhatikan banyak wisatawan yang mencoba berdoa lalu merangkul tiang. Saya lihat ada wisatawan yang bisa menyatukan tangan, tapi ada juga yang gagal. Bagi yang berhasil melingkarkan tangan di tiang pendapa Mangkunegaran, mereka tampak ceria karena yakin mimpinya bisa terkabul. Tapi buat mereka yang gagal menyatukan tangan saat memeluk tiang pendapa, ada yang terlihat sedikit kecewa. Untuk saya pribadi nggak percaya mitos begituan dan nggak mau mencoba memeluk tiang segede itu. Hehehe.
Mencicipi Wisata Kuliner di Kota Solo
Setelah puas melihat cagar budaya Kraton Mangkunegaran Solo, saya dan kawan saya naik motor lagi membelah jalanan kota Solo yang ramai. Solo memang tak sebesar kota Semarang yang menjadi ibukota Jawa Tengah. Tapi tetap saja Solo tak ketinggalan membangun perekonomian mereka. Apalagi walikota mereka dikenal sangat andal bekerja membangun daerah. Hasilnya, saat ini Solo menjadi salah satu kabupaten/kota yang maju pesat.Keraton Mangkunegaran kita tinggalkan. Berikutnya, dari arah Keraton Mangkunegaran kami menyeberang menuju Jalan Slamet Riyadi dan sampai di daerah Coyudan. Waktu itu perut sudah keburu lapar dan minta diisi. Untungnya disana terdapat salah satu restoran fastfood favorit saya. Makanannya nggak begitu menyehatkan sih, tapi tetap saja kalau acara liburan gini makanan apa saja terasa enak di lidah. Antara kalap, lapar dan hobi wisata kuliner bedanya tipis. Hehehe.
Selesai menghabiskan paket hemat fastfood, saya dan teman travelling sepakat menuju Notosuman. Di Notosuman ada srabi yang terkenal enak banget. Kalau berlibur ke tempat wisata di kota Solo nggak mampir ke Notosuman terasa belum afdhol gitu. Srabi disana manis, legit, gurih dan nggak bikin eneg. Hmm, sebenarnya ada banyak lokasi menarik lain yang bisa kita jelajahi di kota Solo. Kali ini cukup sekian dulu. Kekayaan budaya Jawa yang ada di kota Solo merupakan pendorong pertumbuhan iklim wisata yang harus kita lestarikan. Mari kita cintai budaya daerah sebagai akar budaya nasional. Ayo jalan-jalan ke kota Solo!
0 komentar:
Posting Komentar